Selasa, 10 Juli 2012

Kucing & Tikus Berdasi di Gedung Hijau



Suatu hari di sebuah gedung yang cukup mewah di ibukota kembali memulai kesibukannya. Orang berdasi dan jas hitam lalu lalang dengan sibuknya. Tidak jarang suara-suara riuh seperti pasukan lebah terdengar dari arah luar gerbang yang menjulang. Tetapi seakan tidak pernah mengusik keberadaan mereka yang asik menikmati fasilitas dan uang bulanan yang sangat lebih dari cukup. Pekerjaan mereka ? hanya asik duduk dengan sesekali membuat sensasi dengan kata-kata terpelajar mereka. Bahkan tidak sedikit yang hanya tertidur didalam ruang yang memiliki banyak kursi dan meja itu.

Aku teringat perkataan guru SD ku. Beliau berkata, “setiap tahunnya, 30% hasil padi habis dimakan oleh hama tikus. Itu sudah cukup untuk memberi makan penduduk singapura untuk bertahun-tahun. Oleh karena itu perlu upaya khusus memberantas tikus agar hasil pertanian maksimal. Dengan membiarkan tikus berkembang biak, itu akan mempengaruhi tabiat manusia. Karena itu berantaslah tikus , agar manusia tidak berperangai seperti tikus”.

Satu ketika, gedung yang sudah ada sejak jaman penjajahan itu mulai diminati oleh tikus-tikus karena di dalam gedung itu banyak makanan yang begitu menggiurkan. Segala upaya dilakukan tikus itu agar bisa berada di dalam gedung itu dan menyantap makanan yang ada. Tentu saja si pemilik alias penguasa gedung itu merasa terganggu. Para asisten dan pembantunya dikumpulkan dan diminta untuk membunuh semua tikus itu agar citra gedung mewah itu kembali baik. Segala upaya dilakukan. Mulai dari perangkap, hingga memasang racun tikus di segala penjuru ruangan. Tikus yang kurang pintar berhasil masuk jebakan dan tidak sedikit yang mati keracunan dan membusuk di segala tempat di gedung itu.

Lambat laun, bau busuk itu mulai tercium. Awalnya baunya begitu menyebalkan. Namun lambat laun, hidung para penghuni gedung itu menjadi kebal. Mulai dari asisten pribadi hingga jongos pemilik gedung itu tidak terganggu dengan bau busuk itu. Si pemilik sudah tidak sanggup mengatasi permasalahan dalam gedung itu dan memutuskan melelangnya

 Ketika pemilik lama gedung itu pergi, banyak orang yang ingin mengusasai gedung mewah itu. Janji mereka untuk mengembalikan citra gedung itu menjadi bersih pun diumbar oleh calon pemilik gedung itu. Dan akhirnya, pemilik baru gedung itu pun didapatkan dengan proses panjang. Pemilik baru pun mencium bau busuk itu. Dan bertanya kepada para penghuni lama gedung itu. Mereka mengakui bahwa bau busuk itu sudah tercium hingga keluar sejak lama. Tetapi tidak ada yang berani berkata bahkan menutup hidungnya. Upaya menghilangkan bau busuk itu pun dilakukan. Si pemilik baru merombak semua sudut gedung itu. Mulai dari mengecat ulang hingga menyiram dinding-dindingnya dengan karbol agar ketika ada tamu yang datang baunya dapat tersamarkan.

Namun, bagaimanapun usaha mereka menutupi bau busuk itu, tetap saja aromanya tercium. Maka diundanglah seorang profesor ahli korupsi ke gedung itu. Profesor itu mengetahui letak kesalahan dari gedung itu. Gedung nya terlalu banyak tikus pak. Sebaiknya bapak memelihara kucing saja di gedung ini. Karena IQ tikusnya makin lama makin meningkat. Perangkap saja tidak akan bisa membasmi mereka.

Akhirnya si pemilik memerintahkan anak buahnya untuk mencarikan kucing-kucing gemuk dan sehat untuk dipelihara di dalam gedung. Tidak main-main, semua toko hewan di datangi dan dipilih lah kucing-kucing cerdas dan sehat untuk ditugaskan membasmi tikus itu. Usaha kali ini berhasil. Tikus-tikus lari kocar-kacir hingga tidak tersisa sedikitpun. Namun, muncul permasalahan baru. Kucing itu begitu mudah berkembang biak sehingga membuat biaya bulanan membengkak untuk perawatan kucing itu sendiri. Karena begitu dimanjakan dengan fasilitas yang mewah, kucing-kucing itu pun menjadi malas. Mereka hanya tidur sepanjang harinya dan hanya bangun ketika makan saja. Langkahnya terlihat begitu berat. Bahkan perilaku mereka lama-kelamaan menjadi tidak sopan. Mereka tidur dimana saja bahkan di kursi dan tempat tidur pemilik gedung itu. Dan lagi mereka merasa berjasa karena telah membasmi tikus pergi dari gedung itu dan meminta fasilitas lebih lagi kepada pemilik.

Sang pemilik gedung itu geram. Semakin lama para kucing itu seperti tidak bisa diatur. Pengeluaran bulanan membengkak untuk membiayai perawatan kucing itu. Pemilik gedung itu memanggil penasihat keuangannya. Dan begitu kaget ketika mengetahui pendapatan bulanannya menurun drastis dibandingkan ketika gedungnya di serbu tikus. Akhirnya diperintahkanlah para pekerjanya untuk membuang kucing-kucing “keparat” itu. Si pemilik lebih memilih memelihara tikus yang rakus tetapi tidak menghabiskan banyak makanan daripada memelihara kucing yang sangat mahal perawatannya.

Tetapi tentu saja banyak orang diluar sana menyimpan sejuta pertanyaan. Apakah tidak ada cara lain agar tidak ada biaya yang terbuang sia-sia untuk memelihara kucing atau membiarkan tikus berkembang biak dan menggerogoti isi gedung itu ?. Sepertinya, itu juga yang terjadi kepada pemilik-pemilik gedung itu sebelumnya. Mereka lebih memilih membiarkan tikus yang rakus dan jorok berkeliaran di gedung itu. Lalu siapa yang bisa mengatasi permasalahan di dalam gedung itu ? Pemilik selanjutnya kah ??? ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar